69ganjilgenap ~ Langkah kecil menjaga kebersihan sungai ini dinisiasi oleh Yayasan Paragita yang selama ini aktif melakukan kampanye soal pemanfaatan sampah, terutama sampah rumah tangga.
Sungai kecil yang bermuara di Sungai Cimanuk di Kampung Astana Hilir, Desa Jayawaras, sejak beberapa hari ini, tak lagi banyak dialiri limbah dari industri tempe. Sebab, limbah industri tempe yang biasa dibuang ke sungai sudah dimanfaatkan menjadi biogas untuk kebutuhan memasak.
"Pada prinsipnya, semua sampah jika difermentasi akan menghasilkan gas," jelas Ir Gita Noerwardhani, ketua Yayasan Paragita saat ditemui di rumahnya di Kampung Astana Hilir, Kelurahan Jayawaras, Kecamatan Tarogong Kidul.
Gita mengaku tergagas mencari solusi dari limbah industri tempe yang memang banyak di kampungnya dan biasanya dibuang begitu saja ke sungai. Akhirnya dari berbagai kajian, muncullah pemanfaatan limbah dengan diubah menjadi biogas.
Adapun limbah tempe yang digunakan untuk fermentasi adalah air rendaman kedelai setelah pertama kali direbus. Air ini mengandung asam setelah digunakan untuk merendam kedelai selama satu malam. Biasanya, air yang mengandung asam ini dibuang begitu saja oleh para perajin tempe ke sungai kecil yang mengalir membelah kampungnya.
"Kalau untuk awalan, biasanya fermentasi air limbah tempe ini bisa sampai dua bulan hingga menghasilkan gas, yang sekarang kita campur dulu sama kotoran sapi agar fermentasinya cepat, hanya dua minggu," katanya.
Proses fermentasi sendiri dilakukan di sebuah tangki berkapasitas 4.000 meter kubik yang ditanam di bawah tanah. Dari tangki tersebut, dipasanglah pipa untuk mengaliri gas methan yang nantinya digunakan untuk masak.
Selain itu, dibuat juga saluran untuk memasukkan limbah ke tangki. Di sisi lain tangki, dibuat saluran air limbah dari tangki fermentasi yang gunanya menampung limbah tempe yang telah mengalami fermentasi.
"Air sisa fermentasi ini bisa dijadikan pupuk organik, kita sedang ujicobakan dengan kotoran kelinci. Pemda Garut telah siap membeli pupuk organiknya nanti," jelas Gita antusias.
Gita memastikan, pemanfaatan limbah tempe untuk biogas ini tidak menyisakan limbah, karena bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dengan begitu, masalah limbah tempe ini bisa diselesaikan tanpa ekses.
"Kita telah ujicobakan di satu pabrik tempe milik H Yoyo, mudah-mudahan pabrik tempe yang lain bisa ikut, karena ada beberapa pabrik tempe besar di sini, yang kecil lebih banyak lagi," katanya.
Emuh, pekerja di pabrik tempe milik H Yoyo yang limbah tempenya digunakan untuk biogas mengungkapkan, setelah limbah rendaman tempe digunakan untuk biogas, tak ada lagi limbah industri tempe yang dibuang ke sungai. Jika pun ada, paling air sisa rebusan kedelai yang sebenarnya tidak beracun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar