Konflik Antara Apple Dan FBI Soal Upaya Menjebol iPhone 5C - Ganjil Genap

Minggu, 14 Januari 2018

Konflik Antara Apple Dan FBI Soal Upaya Menjebol iPhone 5C


69GanjilGenap - Konflik Antara Apple Dan FBI Soal Upaya Menjebol iPhone 5C. Ahli forensik Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat ( FBI), Stephen Flatley rupanya memendam rasa kesal terhadap Apple.
Apa pasal? Kekesalan FBI berakar dari sikap Apple ketika diminta bantu membuka kunci pengaman sebuah iPhone 5C milik Syed Farook, pelaku penembakan di California, Amerika Serikat, Desember 2015 lalu. Alih-alih dipenuhi, permintaan FBI justru ditolak mentah-mentah dengan alasan menjaga privasi pengguna.Jumlah password yang bisa coba dimasukkan menurun dari 45 per detik menjadi hanya satu tiap 18 detik. Menurut Flatley, waktu yang diperlukan untuk menjebol password pun molor dari dua hari menjadi dua bulan.

"Sampai sejauh mana upaya semacam itu bisa disebut menerapkan peningkatan (keamanan) dan bukan menghalang-halangi kerja penegak hukum?" tanya Flatley kepada hadirin konferensi, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari ArsTechnica, Sabtu (13/1/2017). "Apple bagus sekali soal melakukan hal-hal evil genius," imbuhnya.   Sikap sebaliknya ditunjukkan oleh Flatley terhadap Cellebrite, perusahaan asal Israel yang akhirnya mengulurkan tangan untuk membantu FBI menjebol iPhone 5C saat Apple tak mau melakukannya. Flatley memuji-muji Cellebrite yang menjual aneka perangkat dan teknologi peretasan untuk keperluan penegak hukum di seluruh dunia.




Demi keamanan konsumen

Konflik antara Apple dan FBI soal upaya milik Farook sempat menjadi topik hangat di dunia teknologi pada 2016 lalu. Di satu sisi ada FBI yang berkepentingan meretas perangkat itu. Tentu bukan untuk tujuan jahat, melainkan keperluan penyelidikan. "Selama bertahun-tahun kami memakai enkripsi untuk melindungi data pribadi pengguna kami. Sebab, kami percaya itulah satu-satunya cara untuk menjaga informasi mereka agar tetap aman," sebut Apple dalam sebuah pernyataan di situsnya, yang diunggah ketika konflik dengan FBI sedang panas-panasnya. FBI menyebut perlindungan data melalui enkripsi yang tak bisa ditembus -termasuk oleh penegak hukum- merupakan masalah besar bagi keamanan publik. "Masing-masing dari hampir 7.800 perangkat itu terkait dengan subyek tertentu, terdakwa tertentu, korban tertentu, dan ancaman tertentu," sebut Wray, sambil menambahkan bahwa pihaknya mendukung penggunaan enkripsi untuk melindungi data. Tapi, lanjut dia, perusahaan teknologi seharusnya membantu aparat penegak hukum yang butuh mengakses data terenkripsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar